TCP / IP
1.Sejarah
TCP/IP
Sejarah
TCP/IP dimulainya dari lahirnya ARPANET yaitu jaringan paket switching digital
yang didanai oleh DARPA (Defence Advanced Research Projects Agency) pada tahun
1969.Sementara itu ARPANET terus bertambah besar sehingga protokol yang
digunakan pada waktu itu tidak mampu lagi menampung jumlah node yang semakin
banyak.Oleh karena itu DARPA mendanai pembuatan protokol komunikasi yang lebih
umum, yakni TCP/IP.Ia diadopsi menjadi standard ARPANET pada tahun 1983.
Untuk
memudahkan proses konversi, DARPA juga mendanai suatu proyek yang
mengimplementasikan protokol ini ke dalam BSD UNIX, sehingga dimulailah
perkawinan antara UNIX dan TCP/IP..Pada awalnya internet digunakan untuk
menunjukan jaringan yang menggunakan internet protocol (IP) tapi dengan semakin
berkembangnya jaringan, istilah ini sekarang sudah berupa istilah generik yang
digunakan untuk semua kelas jaringan.Internet digunakan untuk menunjuk pada
komunitas jaringan komputer worldwide yang saling dihubungkan dengan protokol
TCP/IP.
Perkembangan
TCP/IP yang diterima luas dan praktis menjadi standar de-facto jaringan
komputer berkaitan dengan ciri-ciri yang terdapat pada protokol itu sendiri
yang merupakan keunggulun dari TCP/IP, yaitu :
n
Perkembangan
protokol TCP/IP menggunakan standar protokol terbuka
sehingga tersedia secara luas. Semua
orang bisa mengembangkan perangkat lunak untuk dapat berkomunikasi menggunakan
protokol ini. Hal ini membuat pemakaian TCP/IP meluas dengan sangat cepat,
terutama dari sisi pengadopsian oleh berbagai sistem operasi dan aplikasi
jaringan.
n
Tidak tergantung pada perangkat keras atau sistem operasi
jaringan tertentu sehingga TCP/IP
cocok untuk menyatukan bermacam macam network, misalnya Ethernet, token ring,
dial-up line, X-25 net dan lain lain.
n
Cara pengalamatan bersifat unik dalam skala global, memungkinkan komputer dapat mengidentifikasi secara
unik komputer yang lain dalam seluruh jaringan, walaupun jaringannya sebesar
jaringan worldwide Internet. Setiap
komputer yang tersambung dengan jaringan TCP/IP (Internet) akan memiliki
address yang hanya dimiliki olehnya.
n
TCP/IP memiliki fasilitas routing dan jenis-jenis layanan lainnya yang memungkinkan
diterapkan pada internetwork.
1.1.
Arsitektur
dan Protokol Jaringan TCP/IP
Dalam arsitektur jaringan komputer, terdapat suatu
lapisan-lapisan ( layer ) yang
memiliki tugas spesifik serta memiliki protokol tersendiri. ISO (International
Standard Organization) telah mengeluarkan suatu standard untuk arsitektur
jaringan komputer yang dikenal dengan nama Open
System Interconnection ( OSI ). Standard ini terdiri dari 7 lapisan
protokol yang menjalankan fungsi komunikasi antara 2 komputer. Dalam TCP/IP
hanya terdapat 5 lapisan sbb :
Arsitektur OSI
Arsitektur TCP/IP
Gambar
14.Perbandingan Arsitektur OSI dan TCP/IP
Walaupun jumlahnya berbeda, namun semua fungsi dari
lapisan-lapisan arsitektur OSI telah tercakup oleh arsitektur TCP/IP. Adapun
rincian fungsi masing-masing layer arsitektur TCP/IP adalah sbb :
Physical Layer (lapisan fisik) merupakan lapisan terbawah yang
mendefinisikan besaran fisik seperti media komunikasi, tegangan, arus, dsb.
Lapisan ini dapat bervariasi bergantung pada media komunikasi pada jaringan
yang bersangkutan. TCP/IP bersifat fleksibel sehingga dapat mengintegralkan
mengintegralkan berbagai jaringan dengan media fisik yang berbeda-beda.
NetworkAccessLayer
mempunyai fungsi yang mirip dengan Data Link layer pada OSI. Lapisan ini mengatur penyaluran data frame-frame data
pada media fisik yang digunakan secara handal. Lapisan ini biasanya memberikan
servis untuk deteksi dan koreksi kesalahan dari data yang ditransmisikan.
Beberapa contoh protokol yang digunakan pada lapisan ini adalah X.25 jaringan
publik, Ethernet untuk jaringan Etehernet, AX.25 untuk jaringan Paket Radio
dsb.
InternetLayer mendefinisikan
bagaimana hubungan dapat terjadi antara dua pihak yang berada pada
jaringan yang berbeda seperti Network
Layer pada OSI. Pada jaringan Internet yang terdiri atas puluhan juta host
dan ratusan ribu jaringan lokal, lapisan ini bertugas untuk menjamin agar suatu
paket yang dikirimkan dapat menemukan tujuannya dimana pun berada. Oleh karena
itu, lapisan ini memiliki peranan penting terutama dalam mewujudkan
internetworking yang meliputi wilayah luas (worldwide Internet). Beberapa
tugas penting pada lapisan ini adalah:
§
Addressing, yakni
melengkapi setiap datagram dengan alamat Internet dari tujuan. Alamat pada
protokol inilah yang dikenal dengan Internet Protocol Address ( IP Address).
Karena pengalamatan (addressing) pada
jaringan TCP/IP berada pada level ini (software),
maka jaringan TCP/IP independen dari jenis media dan komputer yang digunakan.
§
Routing, yakni
menentukan ke mana datagram akan dikirim agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Fungsi ini merupakan fungsi terpenting dari Internet Protocol (IP). Sebagai
protokol yang bersifat connectionless,
proses routing sepenuhnya ditentukan oleh jaringan. Pengirim tidak memiliki
kendali terhadap paket yang dikirimkannya untuk bisa mencapai tujuan.
Router-router pada jaringan TCP/IP lah yang sangat menentukan dalam penyampaian
datagram dari penerima ke tujuan.
Transport Layer mendefinisikan cara-cara untuk melakukan pengiriman data
antara end to end host secara handal.
Lapisan ini menjamin bahwa informasi yang diterima pada sisi penerima adalah
sama dengan informasi yang dikirimkan pada pengirim. Untuk
itu, lapisan ini memiliki beberapa fungsi penting antara lain :
§
Flow Control.
Pengiriman data yang telah dipecah menjadi paket-paket tersebut harus diatur
sedemikian rupa agar pengirim tidak sampai mengirimkan data dengan kecepatan
yang melebihi kemampuan penerima dalam menerima data.
§
Error
Detection. Pengirim dan penerima juga melengkapi
data dengan sejumlah informasi yang bisa digunakan untuk memeriksa data yang
dikirimkan bebas dari kesalahan. Jika
ditemukan kesalahan pada paket data yang diterima, maka penerima tidak akan
menerima data tersebut. Pengirim akan mengirim ulang paket data yang mengandung kesalahan tadi. Namun
hal ini dapat menimbulkan delay yang
cukup berartii.
Pada TCP/IP, protokol yang
dipergunakan adalah Transmission Control
Protocol (TCP) atau User Datagram
Protocol( UDP ). TCP dipakai untuk
aplikasi-aplikasi yang membutuhkan keandalan data, sedangkan UDP digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan
panjang paket yang pendek dan tidak menuntut keandalan yang tinggi. TCP
memiliki fungsi flow control dan error detection dan bersifat connection oriented. Sebaliknya pada UDP
yang bersifat connectionless tidak
ada mekanisme pemeriksaan data dan flow
control, sehingga UDP disebut juga unreliable
protocol.Untuk beberapa hal yang menyangkut efisiensi dan penyederhanaan,
beberapa aplikasi memilih menggunakan UDP sebagai protokol transport. Contohnya
adalah aplikasi database yang hanya bersifat query dan response, atau
aplikasi lain yang sangat sensitif terhadap delay seperti video conference. Aplikasi seperti ini dapat mentolerir sedikit
kesalahan (gambar atau suara masih bisa dimengerti), namun akan tidak nyaman
untuk dilihat jika terdapat delay yang cukup berarti.
Application
Layer merupakan lapisan terakhir dalam arsitektur TCP/IP yang
berfungsi mendefinisikan aplikasi-aplikasi yang dijalankan pada jaringan.Karena
itu, terdapat banyak protokol pada lapisan ini, sesuai dengan banyaknya
aplikasi TCP/IP yang dapat dijalankan. Contohnya adalah SMTP ( Simple Mail Transfer Protocol ) untuk
pengiriman e-mail, FTP (File Transfer Protocol) untuk transfer
file, HTTP (Hyper Text Transfer Protocol)
untuk aplikasi web, NNTP (Network News
Transfer Protocol) untuk distribusi
news group dan lain-lain. Setiap aplikasi pada umumnya menggunakan protokol
TCP dan IP, sehingga keseluruhan keluarga protokol ini dinamai dengan TCP/IP.
1.2.
Pengiriman dan Penerimaan Paket Data
Layer-layer
dan protokol yang terdapat dalam arsitektur jaringan TCP/IP menggambarkan
fungsi-fungsi dalam komunikasi antara dua buah komputer. Setiap lapisan menerima data dari lapisan di atas atau dibawahnya, kemudian memproses data
tersebut sesuai fungsi protokol yang dimilikinya dan meneruskannya ke lapisan
berikutnya. Ketika dua komputer
berkomunikasi, terjadi aliran data antara pengirim dan penerima melalui
lapisan-lapisan di atas. Pada pengirim, aliran data adalah dari atas ke bawah.
Data dari user maupun suatu aplikasi dikirimkan ke Lapisan Transport dalam
bentuk paket-paket dengan panjang tertentu. Protokol menambahkan sejumlah bit
pada setiap paket sebagai header yang berisi informasi mengenai urutan
segmentasi untuk menjaga integritas data dan bit-bit pariti untuk deteksi dan
koreksi kesalahan.
Dari Lapisan Transport, data yang telah diberi header
tersebut diteruskan ke Lapisan Network / Internet. Pada lapisan ini terjadi
penambahan header oleh protokol yang berisi
informasi alamat tujuan, alamat pengirim dan informasi lain yang
dibutuhkan untuk melakukan routing. Kemudian terjadi pengarahan routing data,
yakni ke network dan interface yang mana data akan dikirimkan, jika terdapat
lebih dari satu interface pada host. Pada lapisan ini juga dapat terjadi
segmentasi data, karena panjang paket yang akan dikirimkan harus disesuaikan
dengan kondisi media komunikasi pada network yang akan dilalui. Proses komunikasi data di atas dapat
dijelaskan seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 15.Proses Enkapsulasi Data
Selanjutnya
data menuju Network Access Layer (Data Link) dimana data akan diolah menjadi
frame-frame, menambahkan informasi keandalan dan address pada level link.
Protokol pada lapisan ini menyiapkan data dalam bentuk yang paling sesuai untuk
dikirimkan melalui media komunikasi tertentu.
Terakhir
data akan sampai pada Physical Layer yang akan
mengirimkan data dalam bentuk besaran-besaran listrik/fisik seperti
tegangan, arus, gelombang radio maupun cahaya, sesuai media yang digunakan.
Di
bagian penerima, proses pengolahan data mirip seperti di atas hanya dalam
urutan yang berlawanan (dari bawqah ke atas). Sinyal yang diterima pada
physical layer akan diubah dalam ke dalam data. Protokol akan memeriksa
integritasnya dan jika tidak ditemukan error t header yang ditambahkan akan
dilepas.
Selanjutnya
data diteruskan ke lapisan network. Pada lapisan ini, address tujuan dari paket
data yang diterima akan diperiksa. Jika address tujuan merupakan address host
yang bersangkutan, maka header lapisan network akan dicopot dan data akan
diteruskan ke lapisan yang diatasnya. Namun jika tidak, data akan di forward ke
network tujuannya, sesuai dengan informasi routing yang dimiliki.
Pada
lapisan Transport, kebenaran data akan diperiksa kembali, menggunakan informasi
header yang dikirimkan oleh pengirim. Jika tidak ada kesalahan, paket-paket
data yang diterima akan disusun kembali sesuai urutannya pada saat akan dikirim
dan diteruskan ke lapisan aplikasi pada penerima.
Proses
yang dilakukan tiap lapisan tersebut dikenal dengan istilah enkapsulasi data.
Enkapsulasi ini sifatnya transparan.Maksudnya, suatu lapisan tidak perlu
mengetahui ada berapa lapisan yang ada di atasnya maupun di
bawahnya.Masing-masing hanya mengerjakan tugasnya.Pada pengirim, tugas ini
adalah menerima data dari lapisan diatasnya, mengolah data tersebut sesuai
dengan fungsi protokol, menambahkan header protokol dan meneruskan ke lapisan
di bawahnya.
Pada
penerima, tugas ini adalah menerima data dari lapisan di bawahnya, mengolah
data sesuai fungsi protokol, mencopot header protokol tersebut dan meneruskan
ke lapisan di atasnya.
Internet Protocol
Internet Protocol (IP) berfungsi menyampaikan paket data
ke alamat yang tepat. Oleh karena itu Internet Protokol memegang peranan yang
sangat penting dari jaringan TCP/IP. Karena semua aplikasi jaringan TCP/IP
pasti bertumpu kepada Internet Protocol agar dapat berjalan dengan baik.
IP
merupakan protokol pada network layer yang bersifat :
§
Connectionless,
yakni setiap paket data yang dikirim pada suatu saat akan melalui rute secara
independen. Paket IP (datagram) akan
melalui rute yang ditentukan oleh setiap router yang dilalui oleh datagram
tersebut. Hal ini memungkinkan keseluruhan datagram tiba di tempat tujuan dalam
urutan yang berbeda karena menempuh rute yang berbeda pula.
§
Unreliable atau
ketidakandalan yakni Protokol IP tidak menjamin datagram yang dikirim pasti
sampai ke tempat tujuan. Ia hanya akan melakukan best effort delivery yakni melakukan usaha sebaik-baiknya agar
paket yang dikirim tersebut sampai ke tujuan.
Suatu datagram bisa saja tidak sampai dengan selamat ke
tujuan karena beberapa hal berikut:
§
Adanya bit error pada saat pentransmisian datagram pada suatu medium
§
Router
yang dilewati mendiscard datagram
karena terjadinya kongesti dan kekurangan ruang memori buffer
§
Putusnya rute ke tujuan
untuk sementara waktu akibat adanya router
yang down
Terjadinya kekacauan routing, sehingga datagram mengalami looping
IP
juga didesain untuk dapat melewati berbagai media komunikasi yang memiliki
karakteristik dan kecepatan yang berbeda-beda. Pada jaringan Ethernet, panjang satu datagram akan
lebih besar dari panjang datagram pada jaringan publik yang menggunakan media
jaringan telepon, atau pada jaringan wireless.
Perbedaan ini semata-mata untuk mencapai throughput
yang baik pada setiap media.Pada umumnya, semakin cepat kemampuan transfer data
pada media tersebut, semakin besar panjang datagram maksimum yang digunakan.
Akibat dari perbedaan ini, datagram IP dapat mengalami fragmentasi ketika
berpindah dari media kecepatan tinggi ke kecepatan rendah (misalnya dari LAN Ethernet 10 Mbps ke leased line
menggunakan Point-to-Point Protocol
dengan kecepatan 64 kbps). Pada router/host
penerima, datagram yang ter-fragmen ini
harus disatukan kembali sebelum diteruskan ke router berikutnya, atau ke lapisan transport pada host tujuan. Hal ini menambah waktu
pemrosesan pada router dan
menyebabkan delay.
Seluruh
sifat yang diuraikan pada di atas adalah
akibat adanya sisi efisiensi protokol yang dikorbankan sebagai konsekuensi dari
keunggulan protokol IP. Keunggulan ini berupa kemampuan menggabungkan berbagai
media komunikasi dengan karakteristik yang berbeda-beda, fleksibel dengan
perkembangan jaringan, dapat merubah routing
secara otomatis jika suatu rute mengalami kegagalan, dsb.Misalnya, untuk dapat
merubah routing secara dinamis,
dipilih mekanisme routing yang
ditentukan oleh kondisi jaringan dan elemen-elemen jaringan (router). Selain itu, proses routing juga harus dilakukan untuk
setiap datagram, tidak hanya pada permulaan hubungan. Marilah kita perhatikan struktur header dari protokol IP beserta fungsinya masing-masing.
Setiap protokol memiliki bit-bit ekstra diluar
informasi/data yang dibawanya. Selain informasi, bit-bit ini juga berfungsi
sebagai alat kontrol. Dari sisi efisiensi, semakin besar jumlah bit ekstra ini,
maka semakin kecil efisiensi komunikasi yang berjalan. Sebaliknya semakin kecil
jumlah bit ekstra ini, semakin tinggi efisiensi komunikasi yang berjalan. Disinilah
dilakukan trade-off antara keandalan
datagram dan efisiensi. Sebagai contoh, agar datagram IP dapat menemukan
tujuannya, diperlukan informasi tambahan yang harus dicantumkan pada header ini. Struktur header datagram protokol IP dapat
dilihat pada gambar berikut.
Setiap
paket IP membawa data yang terdiri atas :
§ Version,
yaitu versi dari protokol IP yang dipakai.
§ Header
Length, berisi panjang dari header paket IP dalam hitungan 32 bit word.
§ Type
of Service, berisi kualitas service yang dapat mempengaruhi cara penanganan
paket IP.
§ Total
length Of Datagram, panjang IP datagram total dalam ukuran byte.
§
Identification,
Flags, dan Fragment Offset, berisi data yang berhubungan fragmentasi paket.
§ Time
to Live, berisi jumlah router/hop maksimal yang dilewati paket IP (datagram).
Nilai maksimum field ini adalah 255. Setiap kali paket IP lewat satu router,
isi dari field ini dikurangi satu. Jika TTL telah habis dan paket tetap belum
sampai ke tujuan, paket ini akan dibuang dan router terakhir akan mengirimkan
paket ICMP time exceeded. Hal ini dilakukan untuk mencegah paket IP terus
menerus berada dalam network.
§ Protocol, mengandung angka yang mengidentifikasikan
protokol layer atas pengguna isi data dari paket IP ini.
§
Header Checksum, berisi nilai checksum yang
dihitung dari jumlah seluruh field dari header paket IP.Sebelum dikirimkan,
protokol IP terlebih dahulu menghitung checksum dari header paket IP tersebut
untuk nantinya dihitung kembali di sisi penerima. Jika terjadi perbedaan, maka paket ini dianggap rusak dan
dibuang.
§
Source
Address dan Destination Address, isi dari masing-masing field ini cukup jelas, yakni alamat pengirim dan alamat penerima
dari datagram. Masing-masing field
terdiri dari 32 bit, sesuai panjang IP Address yang digunakan dalam Internet.
Destination address merupakan field yang akan dibaca oleh setiap router untuk
menentukan kemana paket IP tersebut akan diteruskan untuk mencapai destination
address tersebut. Struktur IP Address ini secara lebih jelas akan diuraikan
pada bagian selanjutnya.
1.3.
Pembagian
Kelas IP Address
Pengertian
IP address digunakan sebagai alamat
dalam hubungan antar host di internet sehingga merupakan sebuah sistem
komunikasi yang universal karena merupakan metode pengalamatan yang telah
diterima di seluruh dunia. Dengan menentukan IP address berarti kita telah
memberikan identitas yang universal bagi setiap interadce komputer. Jika suatu
komputer memiliki lebih dari satu interface (misalkan menggunakan dua ethernet)
maka kita harus memberi dua IP address untuk komputer tersebut masing-masing
untuk setiap interfacenya.
q Format
Penulisan IP Address
IP
address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik
setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat
dituliskan sebagai berikut :
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Jadi IP address ini mempunyai range dari 00000000.00000000.00000000.00000000
sampai 11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan
biner seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4
bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih
dikenal dengan “notasi desimal bertitik”. Setiap bilangan desimal merupakan
nilai dari satu oktet IP address. Contoh
hubungan suatu IP address dalam format biner dan desimal :
Gambar 17.Format IP Address
1.4.
Pembagian Kelas IP Address
Jumlah IP address yang tersedia secara
teoritis adalah 255x255x255x255 atau sekitar 4 milyar lebih yang harus
dibagikan ke seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Pembagian
kelas-kelas ini ditujukan untuk mempermudah alokasi IP Address, baik untuk
host/jaringan tertentu atau untuk keperluan tertentu.
IP
Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID) dan bagian host
(host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang
lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network.
Jadi, seluruh host
yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian
dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung kepada kelas network. IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas A,
kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran
dan jumlahnya. Contohnya IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah
host yang dapat ditampung oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak
digunakan secara umum, kelas D digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E
untuk keprluan eksperimental. Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan
menguji beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan kelas ini dilakukan
dengan cara berikut :
Bit pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang
net ID 8 bit dan panjang host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range
dari 0-127. Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap
network dapat menampung sekitar 16 juta host (255x255x255). IP address kelas A
diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini
dapat dilukiskan pada gambar berikut ini:
IP address kelas A
§ Dua
bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya selalu bernilai
antara 128-191. Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya adalah host
ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address 192.168.26.161, network ID = 192.168 dan host ID = 26.161.
Pada. IP address kelas B ini mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai
191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 network dengan jumlah host tiap network
255 x 255 host atau sekitar 65 ribu host.
IP address kelas B
§
IP
address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti LAN.
Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 111. Network ID terdiri dari
24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta
network dengan masing-masing network memiliki 256 host.
IP address kelas C
§ IP
address kelas D digunakan untuk keperluan multicasting. 4 bit pertama IP
address kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya berkisar antara
224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group
yang menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah
network ID dan host ID.
§
IP address kelas E tidak diperuntukkan untuk
keperluan umum. 4 bit pertama IP address
kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya berkisar antara 248-255.
Sebagai tambahan dikenal juga istilah Network Prefix, yang digunakan untuk IP
address yang menunjuk bagian jaringan.Penulisan network prefix adalah dengan
tanda slash “/” yang diikuti angka yang menunjukkan panjang network prefix ini
dalam bit. Misal untuk menunjuk satu network kelas B 192.168.xxx.xxx digunakan
penulisan 192.168/16. Angka 16 ini merupakan panjang bit untuk network prefix
kelas B.
1.5.
Address Khusus
Selain
address yang dipergunakan untuk pengenal host,
ada beberapa jenis address yang digunakan untuk keperluan khusus dan tidak
boleh digunakan untuk pengenal host.
Address tersebut adalah:
Network Address.Address ini digunakan untuk
mengenali suatu network pada jaringan Internet. Misalkan untuk host dengan IP Address kelas B
192.168.9.35. Tanpa memakai subnet (akan diterangkan kemudian), networkaddress dari host ini adalah 192.168.0.0. Address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada 2 segmen terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah untuk
menyederhanakan informasi routing
pada Internet. Router cukup melihat
network address (192.168) untuk menentukan ke router mana datagram tersebut
harus dikirimkan. Analoginya mirip dengan dalam proses pengantaran surat,
petugas penyortir pada kantor pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat
(tidak perlu membaca selutuh alamat) untuk menentukan jalur mana yang harus
ditempuh surat tersebut.
Broadcast Address.
Address ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui
oleh seluruh host yang ada pada suatu
network. Seperti diketahui, setiap
datagram IP memiliki header alamat
tujuan berupa IP Address dari host
yang akan dituju oleh datagram tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses datagram
tersebut, sedangkan host lain akan
mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host
ingin mengirim datagram kepada seluruh host
yang ada pada networknya ? Tidak
efisien jika ia harus membuat replikasi datagram sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth akan meningkat dan beban kerja
host pengirim bertambah, padahal isi
datagram-datagram tersebut sama. Oleh
karena itu, dibuat konsep broadcast
address. Host cukup mengirim ke alamat
broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima datagram tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada network yang sama harus memiliki broadcast address yang sama dan address tersebut tidak boleh
digunakan sebagai IP Address untuk host
tertentu.
Jadi, sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima datagram : pertama adalah IP
Addressnya yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada network tempat host tersebut berada.
Broadcast address diperoleh dengan membuat bit-bit host pada IP Address menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address 192.168.9.35 atau 192.168.240.2, broadcastaddressnya adalah
192.168.255.255 (2 segmen terakhir dari IP Address tersebut dibuat berharga
11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255). Jenis
informasi yang dibroadcast biasanya
adalah informasi routing.
Multicast
Address.
Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk komunikasi antar host, yang menggunakan datagram-datagram
unicast. Artinya, datagram/paket memiliki address tujuan berupa
satu host tertentu. Hanya host yang memiliki IP address sama
dengan destination address pada
datagram yang akan menerima datagram tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Jika datagram ditujukan untuk
seluruh host pada suatu jaringan,
maka field address tujuan ini akan
berisi alamat broadcast dari jaringan
yang bersangkutan. Dari dua mode pengiriman ini (unicast dan broadcast),
muncul pula mode ke tiga. Diperlukan suatu mode khusus jika suatu host ingin berkomunikasi dengan beberapa
host sekaligus (host group), dengan hanya mengirimkan satu datagram saja. Namun
berbeda dengan mode broadcast, hanya host-host
yang tergabung dalam suatu group saja yang akan menerima datagram ini,
sedangkan host lain tidak akan
terpengaruh. Oleh karena itu, dikenalkan konsep multicast. Pada konsep ini, setiap group yang menjalankan aplikasi bersama mendapatkan satu multicastaddress. Struktur
kelas multicastaddress dapat dilihat
pada Gambar berikut.
Untuk
keperluan multicast, sejumlah IP
Address dialokasikan sebagai multicastaddress.
Jika struktur IP Address mengikuti bentuk 1110xxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
(bentuk desimal 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255), maka IP Address merupakan multicastaddress. Alokasi ini ditujukan
untuk keperluan group, bukan untuk host seperti pada kelas A, B dan C.
Anggota group adalah host-host
yang ingin bergabung dalam group
tersebut.Anggota ini juga tidak terbatas pada jaringan di satu subnet, namun bisa mencapai seluruh
dunia.Karena menyerupai suatu backbone,
maka jaringan muticast ini dikenal
pula sebagai Multicast Backbone (Mbone).
q Aturan
Dasar Pemilihan network ID dan host ID
Berikut adalah aturan-aturan dasar dalam menentukan
network ID dan host ID yang digunakan :
§
Network
ID tidak boleh sama dengan 127
Network ID 127 secara default digunakan sebagai alamat
loopback yakni IP address yang digunakan oleh suatu komputer untuk menunjuk
dirinya sendiri.
§
Network
ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255
Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat
broadcast. ID ini merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan.
§
Network
ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0
IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat
network. Alamat network digunakan untuk menunjuk suatu jaringn bukan suatu
host.
§
Host ID
harus unik dalam suatu network.
Dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang
memiliki host ID yang sama.
1.6.
Subnetting
Untuk
beberapa alasan yang menyangkut efisiensi IP Address, mengatasi masalah
topologi network dan organisasi, network administrator biasanya melakukan
subnetting. Esensi dari subnetting adalah “memindahkan” garis pemisah antara
bagian network dan bagian host dari suatu IP Address.Beberapa bit dari bagian host dialokasikan menjadi bit
tambahan pada bagian network. Address satu network menurut struktur baku
dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan sejumlah network
tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network
tersebut.
Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan
hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network. Router IP dapat
mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda hanya jika
setiap network memiliki address network yang unik. Selain itu, dengan
subnetting, seorang Network Administrator dapat mendelegasikan pengaturan host
address seluruh departemen dari suatu perusahaan besar kepada setiap
departemen, untuk memudahkannya dalam mengatur keseluruhan network.
Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan
masking bit (subnet mask ) kepada IP Address. Struktur subnet mask sama dengan
struktur IP Address, yakni terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen.
Bit-bit dari IP Address yang “ditutupi” (masking) oleh bit-bit subnet mask yang
aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai network bit. Bit 1 pada
subnet mask berarti mengaktifkan masking ( on ), sedangkan bit 0 tidak aktif (
off ). Sebagai contoh kasus, mari kita
ambil satu IP Address kelas A dengan nomor 44.132.1.20. Ilustrasinya dapat
dilihat Tabel berikut :
Gambar 17.Subnetting 16 bit pada IP
Address kelas A
Dengan
aturan standard, nomor network IP Address ini adalah 44 dan nomor host adalah
132.1.20.Network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16 juta host yang
terhubung langsung.Misalkan pada
address ini akan akan diimplementasikan subnet mask sebanyak 16 bit
255.255.0.0.( Hexa = FF.FF.00.00 atau Biner =
11111111.11111111.00000000.00000000 ). Perhatikan bahwa pada 16 bit pertama
dari subnet mask tersebut berharga 1, sedangkan 16 bit berikutnya 0. Dengan
demikian, 16 bit pertama dari suatu IP Address yang dikenakan subnet mask
tersebut akan dianggap sebagai network bit. Nomor network akan berubah menjadi
44.132 dan nomor host menjadi 1.20. Kapasitas maksimum host yang langsung terhubung
pada network menjadi sekitar 65 ribu host.
Subnet mask di atas identik dengan standard IP Address
kelas B. Dengan menerapkan subnet mask tersebut pada satu network kelas A, dapat dibuat 256 network baru dengan
kapasitas masing-masing subnet setara network kelas B. Penerapan subnet yang
lebih jauh seperti 255.255.255.0 ( 24 bit ) pada kelas A akan menghasilkan
jumlah network yang lebih besar ( lebih
dari 65 ribu network ) dengan kapasitas masing-masing subnet sebesar 256 host.
Network kelas C juga dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa subnet dengan
menerapkan subnet mask yang lebih tinggi seperti untuk 25 bit
(255.255.255.128), 26 bit (255.255.255.192), 27 bit ( 255.255.255.224) dan
seterusnya.
Subnetting dilakukan pada saat konfigurasi interface. Penerapan
subnet mask pada IP Address akan mendefinisikan 2 buah address baru, yakni
Network Address dan Broadcast Address. Network address didefinisikan dengan
menset seluruh bit host berharga 0, sedangkan broadcast address dengan menset
bit host berharga 1. Seperti yang telah dijelasakan pada bagian sebelumnya,
network address adalah alamat network yang berguna pada informasi routing.
Suatu host yang tidak perlu mengetahui
address seluruh host yang ada pada network yang lain. Informasi yang
dibutuhkannya hanyalah address dari network yang akan dihubungi serta gateway
untuk mencapai network tersebut. Ilustrasi mengenai
subnetting, network address dan broadcast address dapat dilihat pada Tabel di
bawah. Dari tabel dapat disimpulkan bagaimana nomor network standard dari suatu
IP Address diubah menjadi nomor subnet / subnet address melalui subnetting.
IP Address
|
Network Address Standard
|
Subnet Mask
|
Interpretasi
|
Broadcast Address
|
44.132.1.20
|
44.0.0.0
|
255.255.0.0(16 bit)
|
Host 1.20 pada subnet 44.132.0.0
|
44.132.255.255
|
81.150.2.3
|
81.0.0.0
|
255.255.255.0 (24 bit)
|
Host 3 pada subnet 81.50.2.0
|
81.50.2.255
|
192.168.2.100
|
192.168.0.0
|
255.255.255.128 (25 bit)
|
Host 100 pada Subnet
192.168.2.0
|
192.168.2.127
|
192.168.2. 130
|
192.168.0.0
|
255.255.255.192 (26 bit)
|
Host 130 pada subnet 192.168.2.128
|
192.168.2.191
|
Table 1.Beberapa kombinasi IP Address, Netmask dan network
number
Subnetting
hanya berlaku pada network lokal.Bagi network di luar network lokal, nomor
network yang dikenali tetap nomor network standard menurut kelas IP Address.
1.7.
Desain LAN
q Metode
Perencanaan LAN
Sekarang kita akan membahas bagaimana merencanakan suatu
LAN yang baik. Tujuan utamanya untuk merancang LAN yang memenuhi kebutuhan
pengguna saat ini dan dapat dikembangkan di masa yang akan datang sejalan
dengan peningkatan kebutuhan jaringan yang lebih besar.
Desain sebuah LAN meliputi perencanaan secara fisik dan
logic . Perencanaan fisik meliputi media yang digunakan bersama dan
infrastruktur LAN yakni pengkabelan sebagai jalur fisik komunikasi setiap
devais jaringan. Infrastruktur yang dirancang dengan baik cukup fleksibel untuk
memenuhi kebutuhan sekarang dan masa datang.
Metode
perencanaan LAN meliputi :
§ Seorang
administrator network yang bertanggung jawab terhadap jaringan.
§ Pengalokasian
IP address dengan subnetting.
§
Peta
letak komputer dari LAN dan topologi yang hendak kita gunakan.
§
Persiapan
fisik yang meliputi pengkabelan dan peralatan lainnya.
Di antara
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan LAN adalah lokasi fisik itu
sendiri. Peta atau cetak biru bangunan-bangunan yang akan dihubungkan serta
informasi jalur kabel (conduit) yang
ada dan menghubungkan bangunan-bangunan tersebut sangat diperlukan. Jika peta
seperti ini tidak ada maka perlu digambarkan peta dengan cara merunut
kabel-kabel yang ada. Secara umum dapat diasumsikan bahwa pengkabelan yang
menghubungkan bangunan-bangunan atau yang melewati tempat terbuka harus
terdapat di dalam conduit. Seorang manajer jaringan harus menghubungi manajer
bangunan untuk mengetahui aturan-aturan pengkabelan ini sebab manajer bangunan
yang mengetahui dan bertanggung jawab atas bangunan tersebut. Pada setiap
lokasi (yang dapat terdiri dari beberapa bangunan) harus ditunjuk seorang
manajer jaringan. Manajer jaringan harus mengetahui semua konfigurasi jaringan
dan pengkabelan pada lokasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pada awalnya tugas
ini hanya memakan waktu sedikit. Namun sejalan dengan perkembangan jaringan
menjadi lebih kompleks, tugas ini berubah menjadi tugas yang berat. Jadi
sebaiknya dipilih orang yang betul-betul berminat dan mau terlibat dalam
perkembangan jaringan.
q Pengalokasian
IP Address
Bagian
ini memegang peranan yang sangat penting karena meliputi perencanaan jumlah
network yang akan dibuat dan alokasi IP address untuk tiap network. Kita harus
membuat subnetting yang tepat untuk keseluruhan jaringan dengan
mempertimbangkan kemungkinan perkembangan jaringan di masa yang akan datang.
Sebagai contoh, sebuah kantor memasang jaringan internet via V-SAT mendapat
alokasi IP addres dari INTERNIC (http://www.internic.net) untuk
kelas B yaitu 192.168.xxx.xxx. Jika diimplementasikan dalam suatu jaringan saja
(flat), maka dengan IP Address ini kita hanya dapat membuat satu network dengan
kapasitas lebih dari 65.000 host. Karena letak fisik jaringan tersebar (dalam
beberapa departemen dan laboratorium) dan tingkat kongesti yang akan sangat
tinggi, tidak mungkin menghubungkan seluruh komputer dalam kantor tersebut
hanya dengan menggunakan satu buah jaringan saja (flat). Maka dilakukan
pembagian jaringan sesuai letak fisiknya. Pembagian ini tidak hanya pada level
fisik (media) saja, namun juga pada level logik (network layer), yakni pada
tingkat IP address. Pembagian pada level network membutuhkan segmentasi pada IP
Address yang akan digunakan. Untuk itu, dilakukan proses pendelegasian IP
Address kepada masing-masing jurusan, laboratorium dan lembaga lain yang
memiliki LAN dan akan diintegrasikan dalam suatu jaringan kampus yang besar.
Misalkan dilakukan pembagian IP kelas B sebagai berikut :
§
IP
address 192.168.1.xxx dialokasikan untuk cadangan
§ IP
address 192.168.2.xxx dialokasikan untuk departemen A
§
IP
address 192.168.3.xxx dialokasikan untuk departemen B
§
Ip
address 192.168.4.xxx dialokasikan untuk unit X
§ dsb.
Pembagian
ini didasari oleh jumlah komputer yang terdapat pada suatu jurusan dan prediksi
peningkatan populasinya untuk beberapa tahun kemudian.Hal ini dilakukan
semata-mata karena IP Address bersifat terbatas, sehingga pemanfaatannya harus
diusahakan seefisien mungkin.
Jika
seorang administrator di salah satu departemen mendapat alokasi IP addres
192.168.48.xxx, maka alokasi ini akan setara dengan sebuah IP address kelas C
karena dengan IP ini kita hanya dapat membentuk satu jaringan berkapasitas 256
host yakni dari 192.168.9.0 sampai 192.168.9.255.
Dalam
pembagian ini, seorang network administrator di suatu lembaga mendapat alokasi
IP Address 192.168.9.xxx.Alokasi ini setara dengan satu buah kelas C karena
sama-sama memiliki kapasitas 256 IP Address, yakni dari 192.168.9.0 sampai
dengan 192.168.9.255.Misalkan dalam
melakukan instalasi jaringan, ia dihadapkan pada permasalahan-permasalahan
sebagai berikut :
§ Dibutuhkan
kira-kira 7 buah LAN.
§
Setiap
LAN memiliki kurang dari 30 komputer.
Berdasarkan fakta tersebut, ia membagi 256 buah IP
address itu menjadi 8 segmen. Karena pembagian ini berbasis bilangan biner,
pembagian hanya dapat dilakukan untuk kelipatan pangkat 2, yakni dibagi 2,
dibagi 4, 8, 16, 32 dst. Jika kita tinjau secara biner, maka kita mendapatkan :
Jumlah bit host dari
subnet 192.168.9.xxx adalah 8 bit (segmen terakhir). Jika hanya akan
diimplementasikan menjadi satu jaringan, maka jaringan tersebut dapat menampung
sekitar 256 host.
Jika ia ingin membagi
menjadi 2 segmen, maka bit pertama dari 8 bit segmen terakhir IP Address di
tutup (mask) menjadi bit network, sehingga masking keseluruhan menjadi 24 + 1 =
25 bit. Bit untuk host menjadi 7 bit. Ia memperoleh 2 buah sub network, dengan
kapasitas masing-masing subnet 128 host. Subnet pertama akan menggunakan IP
Address dari 192.168.9.(0-127),
sedangkan subnet kedua akan menggunakan IP Address 192.168.9.(128-255).
Tabel 2.Pembagian 256
IP Address menjadi 2 segmen
Karena ia ingin membagi menjadi 8 segmen,
maka ia harus mengambil 3 bit pertama ( 23 = 8) dari 8 bit segmen
terakhir IP Address untuk di tutup (mask) menjadi bit network, sehingga masking
keseluruhan menjadi 24 + 3 = 27 bit. Bit untuk host menjadi 5 bit. Dengan masking ini, ia memperoleh 8 buah sub
network, dengan kapasitas masing-masing subnet 32 (=25) host. Ilustrasinya
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel
3.Ilustrasi subnetting
0 Comments