Lapisan jaringan (Network layer) merupakan lapisan ketiga dari standar OSI yang
berfungsi untuk me- nangani masalah jaringan komunikasi secara rinci. Pada lapisan
ini, data yang berupa pesan-pesan (message)
akan dibagi-bagi dalam bentuk paket-paket data yang dilengkapi dengan
header-header tertentu pada setiap paket data tersebut.
Network
layer ini berfungsi
untuk mengambil paket dari sumber dan mengirimkannya ke tujuan.Supaya sampai
ditujuan perlu banyak dibuat hop pada
router-router perantara di se-panjang
lintasannya.Fungsi layer ini sangat
kontras dengan fungsi data link layer,
yang memiliki tujuan lebih sederhana cukup memindahkan frame dari ujung kabel yang satu ke ujung yang lainnya. Jadi network layer ini merupakan layer terbawah yang berkaitan dengan
transmisi end to end.
Dalam melaksanakan
tugasnya, network layer harus
me-ngetahui topologi subnet
komunikasi yaitu router secara
keseluruhan dan memilih lintasan yang cocok. Pemilihan router ini harus hati-hati agar saluran komunikasi dan router tidak kelebihan beban , sementara
yang lainnya berada dalam keadaan idle .
Selain itu bila sumber dan
tujuan berada di jaringan yang berbeda , network
layer bertugas mengatasi terjadinya perbedaan ini dan menyelesaikan masalah
– masalah yang merupakan akibat dari adanya perbedaan ini .
Secara
umum , lapisan jaringan menyediakan beberapa layanan antara lain : pengendalian
operas subnet , pemilihan rute , pengendalian kemacetan dan internetworking .
1. Pengendalian Operasi Subnet
Pada
dasarnya , ada dua buah pandangan dalam mengelola subnet , yang satu menggunakan koneksi , sedangkan yang lain tidak
menggunakan koneksi. Dalam konteks operasi internal subnet , suatu koneksi biasanya disebut rangkaian virtual , baik secara internal maupun
eksternal , sedangkan yang tidak menggunakan koneksi dinamakan datagram baik secara internal maupun
eksternal.
Rangkaian
virtual biasanya digunakan dalam subnet yang layanan utamanya adalah connetion oriented . didalam rangkaian
virtual pemilihan rute baru bagi setiap paket atau sel yang dikirimkan
dihindarkan . ketika koneksi telah terbentuk , sebuah rute dari komputer sumber
ke komputer tujuan dipilih sebagai bagian dari pembentukan koneksi dan akan
selalu diingat .
Sebaliknya
, pada subnet diagram tidak terdapat
rute yang bekerja sebelumnya , walaupun layanannya connection oriented . setiap paket yang dikirimkan dirutekan secara
independen dengan paket sebelumnya .
paket berikutnya dapat mempunyai rute yang berbeda . selain subnet datagram harus bekerja lebih
banyak , subnet juga umumnya harus kuat dan lebih mudah dapat
menyesuaikan dengan kemacetan dibanding dengan subnet rangkaian virtual .
Bila paket yang mengalir
melalui rangkaian virtual tertentu selalu mengambil rute yang sama melalui subnet, router harus mengingat kemana harus meneruskan paket bagi setiap
rangkaian virtual terbuka yang melaluinya. Pada saat koneksi jaringan bentuk, nomor
rangkaian virtual yang belum dipakai pada komputer itu dipilih sebagai
identifikasi koneksi. Karena rangkaian virtual dapat dimulai dari salah satu
ujungnya, timbul suatu masalah bila pembetukan panggilan berpropograsi ke dua
arah sekaligus sepanjang rantai router.
Perlu dicatat,setiap
proses diharuskan menandai kapan proses itu melintasi rangkaian virtual,
sehingga rangkaian virtual bisa dibersihkan dari tabel router. Begitu banyak kegunaan rangkaian internal virtual bagi subnet. Terdapat kemungkinan lain, yaitu
dengan menggunakan datagram secara internal. Setiap program harus berisi alamat
penuh tempat tujuan. Pada jaringan yang besar ,alamat ini cukup panjang .Ketika
sebuah paket datang , router mencari
saluran keluar yang akan dpakai dan mengirimkan paket melalui saluran tersebut
.Pembentukan dan pelepasan koneksi jarngan atau transport layer tidak memerlukan kerja khusus pada router .
1.1
Rangkaian Virtual Eksternal dan Internal
Rangkaian
virtual pada dasarnya adalah suatu hubungan seara logika yang dibentuk untuk
menyambungkan dua stasiun.Paket dilabelkan dengan nomor sirkuit maya dan nomor
urut.Paket dikirmkan dan datang secara berurutan.Gambar 5.1 berkut ini
menjelaskan keterangan tersebut.
Gambar
1 Rangkaian Virtual
Eksternal
Stasiun
A mengirimkan 6 paket. Jalur antara logika disebut setara A dan B secara logika disebut sebagai
jalur 1, sedangkan jalur antara A dan C disebut sebagai jalur 2. Paket pertama
yang akan dikirimkan lewat jalur 1 dilabelkan sebagai paket 1.1, sedangkan
paket ke-2 yang dilewatkan jalur yang sama dilabelkan sebagai paket 1.2 dan
paket terakhir yang dilewatkan jalur 1 disebut sebagai paket 1.3. sedangkan
paket yang pertama yang dikirimkan lewat jalur 2 disebut sebagai paket 2.1,
paket kedua sebagai paket2.3. dari gambar 5.1 tersebut kiranya jlas bahwa paket
yang dikirimkan diberi label jalur yang
harus dilewatinya dan paket tersebut akan tiba di stasiun yang dituju dengan
urutan pengiriman.
Secara internal rangkaian maya ini bisa digambarkan
sebagai suatu jalur yang sudah disusun untuk berhubungan antara satu atasiun
dengan stasiun yang lain. Semua paket dengan asal dan tujuan yang sama akan
melewati jalur yang sama sehingga akan sampai ke stasiun yang dituju sesuai
dengan urutan pada saat pengiriman (FIFO). Gambar 5.2 berikut menjelaskan
tentang sirkuit nvnya internal.
Gambar .2 Rangkaian Virtual Internal
Gambar 5.2 diatas
menunjukkan adanya jalur yang harus dilewati apabila suatu paket ingin
dikirimkan dari A menuju B, yaitu sirkuit maya 1 atau rangkaian virtual 1 ( Virtual Sircuit 1 ) yang disingkat VC
#1. Sirkuit ini dibentuk dengan rute melewati node 1-2-3. Sedangkan untuk
mengirimkan paket A menuju C dibentuk sirkut maya VC #2, yaitu rute yang
melewati node 1-4-3-6.
1.2
Datagram Eksternal dan Internal
Dalam bentuk
datagram, setiap paket dikirimkan secara
independen. Setiap paket diberi label
alamat tujuan. Berbeda dengan sirkuit maya, datagram memungkinkan paket yang
diterima berbeda urutan dengan urutan saat paket tersebut dikirim. Gambar 5.3
berikut ini akan membantu memperjelas ilustrasi.
Jaringan mempunyai satu stasiun sumber A dan stasiun
tujuan yakni B dan C. Paket yang akan dikirimkan ke stasiun B dan ditambah
nomor paket sehingga menjadi misalnya B.1, B.37, dan sebagainya. Demikian juga
paket yang ditujukan ke stasiun C diberi label yang serupa, misalnya paket C.5,
C.17, dan sebagainya.
Dari Gambar 5.3, stasiun A mengirimkan enam buah paket.
Tiga paket ditujukan ke alamat B. Urutan pengiriman untuk paket B adalah pake
B.1, paket B.2 dan paket B.3. sedangkan tiga paket yang dikirimkan ke C
masing-masing secara unit adalah paket C.1, paket C.1 dan paket C.3.
paket-paket tersebut sampai di B dengan urutan kedatangan B.2, paket B.3 dan
terakhir paket B.1 sedangkan di stasiun C, paket-paket tersebut diterima dengan
urutan C.3, kemudian paket C.1 dan terakhir paket C.2.
Gambar .3.1 Datagram Eksternal
Ketidak utrutan ini lebih disebabkan karena paket dengan
alamat tujuan yang sama tidak harus melewati jalur yang sama. Setiap paket
bersifat independen terhadap sebuah jalur. Artinya sebuah paket sangat mungkin
untuk melewati jalur yang lebih panjang dibanding paket yang lain, sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke alamat tujuan berbeda tergantung rute
yang ditempuhnya.
Secara internal datagram dapat digambarkan pada gambar 4
sebagai berikut:
Gambar 3 Datagram Internal
1.3
Perbandingan Subnet Rangkaian Virtual dan Datagram
Terdapat
perbedaan pendapat dalam penggunaan
rangkaian virtual dan datagram. Rangkaian virtual mengijinkan paket berisi nomor
dan rangkaian, bukannya alamat penuh tujuan. Bila paketnya pendek, maka alamat
penuh tujuan di dlam paket menyebabkan overhead
yang besar.
Penggunaan rangkaian virtual memerlukan fase pembentukan,
yang memakan waktu dan memerlukan sumber daya. Akan tetapi pelaksanaan apa yang
harus dikerjakan pada paket dalam rangkaian subnet rangkaian virtual cukup
mudah yaitu router cukup memakai
nomor untuk mengetahui tujuan paket. Pada subnet
datagram, untuk menentukan kemana paket pergi diperlukan prosedur yang rumit.
Ketika koneksi terbentuk, rangkaian virtual memiliki
kelebihan dalam menghindari kemacetan yang terjadi dalam subnet, karena sumber daya dapat dipesan sebelumnya. Pada subnet datagram cara menghindari
kemacetannya lebih rumit. Rangkaian virtual juga memiliki masalah yang kritis.
Bila sebuah router tabrakan dan
kemudian kehilangan memorinya, walaupun router
kembali pada detik kemudian, maka semua rangkaian virtual yang melaluinya
hams dibatalkan. Sebaliknya, bila router gdatagram mati, hanya para pengguna
yang paketnya telah berada dalam antrian pada router akan mengalami tabrakan, atau bahkan tidak sama sekali,
tergantung apakah paket-paket itu telah diberi acknowledgement atau tidak.
Perbandingan secara lengkap antara subnet rangkaian
virtual dan datagram dapat dilihat pada Tabel .1 dibawah ini.
Tabel 5.1 perbandingan antara subnet rangkaian virtual
dan datagram
Persoalan
|
Datagram Subnet
|
Rangkaian Virtual Subnet
|
Pembentukan
rangkaian
|
Tidak
diperlukan
|
Diperlukan
|
Pengalamatan
|
Setiap
paket berisi sumber penuh dan alamat tujuan
|
Setiap
paket berisi nomor rangkaian virtual yang pendek
|
Informasi
keadaan
|
Subnet
tidak mempunyai informasi keadaan
|
Setiap
rangkaian virtual memerlukan ruang label subnet
|
Routing
|
Setiap
paket dirutekan secara independen
|
Rute
yang dipilih ketika rangkaian virtual dibentuk seluruh paket mengikuti rute
ini
|
Efek
kegagalan niter
|
Tidak
ada, kecuali bagi paket yang hilang pada saat tabrakan
|
Seluruh
rangkaian virtual yang dilewatkan melalui ruter yang gagal dihentikan
|
Kontrol
kemacetan
|
Sulit
|
Cukup
mudah bila buffer yang cukup dapat dialokasikan terlebih dahulu untuk
masing-masing rangkaian virtual
|
2
.Pemilihan Route (Routing)
salah satu
fungsi dari network layer adalah
mencari rute untuk jalur transmisi paket data dari komputer sumber ke komputer
tujuan. Dalam sebagian besar subnet, paket-paket data akan memerlukan banyak
lompatan dalam melakukan perjalanan. Algoritma yang memilih rute dan struktur
data yang digunakan jaringan merupakan masalah utama rancangan network layer.
2.1
Algoritma Routing
Algoritma routing adalah bagian
algoritma dari perangkat lunak network
layer yang bertanggung jawab untuk menentukan jalur mana yang menjadi jalur
transmisi paket. Jika subnet tersebut menggunakan datagram secara internal,
keputusan ini harus selalu dibuat setiap kali paket data datang. Tetapi, jika subnet tersebut menggunakan rangkaian
virtual secara internal , keputusan routing
ini hanya akan dibuat pada waktu penetapan rangkaian virtual yang terbaru.
Sesudah itu, paket data tinggal mengikuti rute yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Setiap algoritma routing
memiliki sifat-sifat seperti kebenaran, kesederhanaan, kekokohan,
kestabilan,kewajaran, dan optimalitas. Algoritma routing harus dapat menyesuaikan diri atau bertahan terhadap
perubahan-perubahan dalam topologi dan lalu lintas data.
Untuk mencari rute dengan biaya minimum, dapat digunakan
dua metode yaitu metode forward search
agorithm dan backword search
algorithm.
2.1.1.Forward
Search Algorithm
Forward Search Algorithm digunakan untuk menentukan jarak
terpendek dari node awal yang ditentukan ke setiap node yang ada. Algoritma
diungkapkan dalam stage. Dengan k buah jalur terpendek node k terhadap node
sumber ditentukan. Node-node ini ada dalam himpunan N. Pada stage ke (k+1),
node yang tidak ada dalam M yng mempunyai jarak terpendek terhadap sumber
ditambahkan ke M. Sebagai sebuah node yang di tembarvkan dalam M, maka jalur
dari sumber menjadi terdefinisi (Gambar 5.4). Algoritma ini memiliki 3 tahapan:
1.
Tetapkan
M={S). Untuk setiap node neN-S, tetapkan C1(n)=1(S,n).
2.
Cari
WeN-M sehingga C1(W0 minimum dan tambahkan ke M. Kemudian C1 (n) = MIN[C1(n),
C1(W) + 1(W,n) untuk tiap node neN-M. Apabila pernyataan terakhir bernilai minimunv,
jalur dari S ke n sebagai jalur S ke W menotong Jink dari W ke n.
3.
Ulang
langkah 2 sampai M=N. Keterangan:
·
N = himpunan node dalam jaringan
·
S
= node sumber
·
M
= himpunan node yang dihasilkan oleh algoritma
·
1
(I,J) = link cost dari node I sampai node ke }, biaya bernilai > jika node tidak secara langsung
terhubung.
·
C1(n)
= biaya daru jalur biaya terkecil dari S ke n yang dihasilkan pada saat
algoritma dikerjakan.
Untuk memperjelas dari penggunaan forward search algorithm, perhatikan Gambar.4 yang menjelaskan rute
jaringan yang menghubungkan 6 titik (node).
Gambar
.4 Rute Jaringan
Pada 6 Titik
Dengan menggunakan S=1 dan berdasarkan gambar diatas,
diperoleh hasil dari forward search
algorithm yang tertuang pada Gambar
5.5.
Gambar
.5 Hasil Forward Searc Algoritm
2.1.1.Backward
Search Algorithm
Digunakan untuk
menentukan jalur biaya terkecil yang diberikan node tujuan dari semua node yang
ada (Gambar 5.6). Algoritma ini juga diproses tiap St&ge. Pada tiap stage,
algoritma menunjuk masing-masing node.
Devinisi yang digunakan:
·
N
= Himpunan node yang terdapat pada jaringan
·
D
= node tujuan
·
1(i,j)
= seperti keterangan diatas
·
C2(n)
= biaya dari jalur biaya terkecil dari n ke D yang dihasilkan saat algoritma
dikerjakan.
Algoritma ini juga terdiri
dari 3 tahapan:
1.
Tetapkan
C2(D)=0. Untuk tiap node neN-D, tetapkan C2(n)=8.
2.
Untuk
tiap node neN-D, tetapkan C2(n)=MIN WN[C2(N), C2(W) + 1(n,W)]. Apabila pada
pernyataan terakhir bernilai minimum, maka jalur dari n ke D saat ini merupakan
link dari n ke W dan menggantikan jalur dari W ke D.
3.
Ulangi
langkah ke-2 sampai tidak ad cost yang berubah.
Gambar 5.6
berikut ini adalah hasil pengolahan Gambar 5.4 dengan D=1.
Gambar
.6 Hasil Backward Search Algoritm
2.2
Strategi Routing
Dalam mencari rute bagi paket yang
dikirim dari komputer sumber ke komputer tujuan ada beberapa strategi yang
dipakai. Strategi itu meliputi fixed routing, flooding, random routing, dan
adaptive routing.
2.2.1
Fixed Routing
Merupakan cara routing yang paling
sederhana. Dalam hal ini rute bersifat tetap atau paling tidak, rute hanya
diubah apabila topologi jaringan berubah. Gambar 5.7 berikut (mengacu dari
Gambar 5.4) memperlihatkan bagaimana sebuah rute yang tetap dikonfigurasikan.
Gambar
.7 Direktori Untuk Fixed Routing
Kemungkinan rute yang bisa dikonfogurasikan, dirunjukkan
pada Gambar .8 sebagai berikut:
Gambar
.8 Direktori Untuk Masing-Masing Node
Tabel pada Gambar 5.8 disusun berdasarkan rute terpendek
dengan menggunakan least-cost algorithm. Sebagai misal direktori node 1. Dari
node 1 untuk mencapai node 6, maka rute terpendek yang bisa dilewati adalah
rute dari node 1,4,5,6. Maka pada tabel direktori node 1 dituliskan destination
= 6, dan next node = 4.
Keuntungan konfigurasi dengan rute tetap semacam ini
adalah bahwa konfigurasi menjadi sederhana. Penggunaan sirkuit aya atau
datagram tidak dibedakan. Artinya semua paket dari sumber menuju titik tujuan
akan melewati rute yang sama . kinerja yang bagus terdapat apabila beban
bersifat tetap. Tetapi pada beban yang bersifat dinamis, kinerja menjadi turun.
Sistem ini tidak memberi tanggapan apabila terjai error maupun kemacetan jalur.
2.2.2 Flooding
Teknik routing yang lain yang dirasa sederhana adalah
flooding. Cara kerja teknisi ini adalah mengirimkan paket dari suatu sumber ke
seluruh node tetangganya. Pada tiap ode, setiap paket yang datang akan
ditransmisikan kembali ke seluruh link yang dipunyai kecuali link yang dipakai
untuk menerima paket tersebut. Mengambil dari contoh yang sama, sebutlah bahwa
node 1 akan mengirimkan paketnya ke node 6. Pertama kali node 1 akan
mengirimkan paket ke seluruh tetangganya, yakni ke node 2, node 4 dan node 5
(Gambar 5.9).
Selanjutnya operasi terjadi pada node 2, node 3 dan node
4. Node 2 mengirimkan paket ke tetangganya yaitu node 3 dan node 4. Sedangkan
node 3 meneruskan paket ke node 2, node 4, node 5 dan node 6. Node 4 meneruskan
paker ke node 2, node 3, node 5. Semua node ini tidak mengirimkan paket ke node
1. Ilustrasi tersebut digambarkan pada Gambar 5.10.
Gambar
5.9 Hop Pertama
Gambar
5.10 Hop Kedua
Pada saat ini jumlah salinan yang diciptakan berjumlah 9
buah. Paket-paket yang sampai ketitik tujuan, yakni node 6, tidak lagi
diteruskan. Posisi terakhir node-node yang menerima paket dan harus meneruskan
adalah node 2, node 3, node 4, node 5. Dengan cara yang sama masing-masing node
tersebut membuat saiman yang memberikan dan ke node tetangganya. Pada saat ini
ainasilkan salinan sebanyak 22 (lihat Gambar 5.11).
Gambar
5.11 Hop Ketiga
Terdapat dua catatan penting dengan penggunaan teknik
flooding ini, yaitu:
1.
Semua
rute yang dimungkinkan akan dicoba. Karena itu teknik ini memiliki keandalan
yang tinggi dan cenderung memberi rioritas untuk pengiriman-pengiriman paket
tertentu.
2.
Karena
keseluruhan rute dicoba, maka akan muncul paling tidak satu buah salinan paket
dititik tujuan dengan waktu paling minimum. Tetapi hal ini akan menyebabkan
naiknya beban lalu lintas yang pada akhirnya menambah delay bagi rute-rute
secara keseluruhan.
2.2.3
Random Routing
Prinip utama dari teknik ini adalah sebuah node memiliki hanya satu jalur keluaran
untuk menyalurkan paket yang datang kepadanya. Pemilihan terhadap sebuah jalur
keluaran bersifat acak. Apabila link
yang akan dipilih memiliki bobot yang sama, maka bisa dilakukan dengan
pendekatan seperti teknik round robin.
Routing ini adalah untuk mencari
probabilitas untuk tiap-tiap outgoing link
dan memilih link berdasarkan nilai
probabilitasnya. Probabilitas bisa dicari berasarkan data rate, dalam kasus ini
didefinisikan sebagai berikut:
Dimana:
Pi = probabilitas pemilihan i
Rj = data rate pada link
j
Penjumlahan dilakukan untuk keseluruhan link outgoing.
Skema seperti ini memungkinkan distribusi lalu lintas yang baik. Seperti teknik
flooding, random routing tidak memerlukan informasi jaringan, karena route akan
dipilih dengan cara random.
2.2.4
Adaptive Routing
Strategi routing yang dibahas di depan, tidak mempunyai
reaksi terhadapperubahan kondisi yang terjadi didalam suatu jaringan. Untuk itu
pendekatan dengan atrategi adaptif mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan
dengan beberapa hal di atas.
Dua hal yang penting yang
menguntungkan adalah:
·
Strategi routing adaptif dapat meningkatkan kinerja seperti apa yang
diinginkan user.
·
Strategiadaptif
dapat membantu kendali lalu lintas.
Akan tetapi, strategi ini
dapat menimbulkan beberapa akibat, misalnya:
·
Proses
pengambilan keputusan untuk menetapkan rute menjadi sangat rumit akibatnya
beban pemrosesan pada jaringan meningkat.
·
Pada
kebnyakan kasus, strategi adaptif tergntung pada informasi status yang
dikumpulkan pada satu tempat tetapi digunakan ditempat lain. Akibatnya beban
lalu lintas meningkat.
·
Strategi
adaptif bisa memunculkan masalah seperti kemacetan apabila reaksi yang terjadi
terlampau cepat, atau menjadi tida relevan apabila reaksi sangat lambat.
3.
kemacetan
Bila terlalu banyak paket yang berada di dalam subnet, maka unjuk kerja jaringan akan
mengalami penurunan (Gambar 5.12). situasi seperti ini disebut keacetan (congestion). Bila jumlah paket yag
mengalir ke dalam subnet daru host
masih berasa dalam daya tampungnya, paket-paket tersebut seluruhnya akan
dihantarkan. Jumlah paket yang dihantarkan proporsional dengan jumlah paket
yang dikirimkan. Akan tetapi dengan semakin meningkatnya lalu lintas, router tidak mampu lagi menangani paket
yang datang dan router akan memulai
kahilangan paket.
Gambar
.12 Kemacetan
Kemacetan bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Bila
semuanya terjadi dengan tiba-tiba , aliran paket yang datang pada tiga atau
empat saluran input dan semuanya memerlukan saluran output yang sama, maka
antrian mulai membesar. Bila tidak terdapat memori yang cukup untuk menampung
seluruh antrian, maka paket akan hilang.
Proses yang lambat juga dapat menimbulkan kemacetan. Bila
CPU router lambat dalam melakukan tugas yang diperlukan, antrian akan menjadi
semakin panjang. Permasalahan yang serius yang diakibatkan efek congestion
adalah deadlock, yaitu suatu kondisi dimana sekelompok node tidak bisa
meneruskan pengiriman paket karena tidak ada buffer yang tersedia. Trknik
deadlock avoidance digunakan untuk merancang jaringan sehingga deadlock tidak
terjadi.
Bentuk deadlock yang paling sederhana adalah direct
store-and-forward deadlock. Pada Gambar 5.13 memperlihatkan situasi bagaimana
antara node A dan node B berinteraksi di mana kedua buffer penuh dan deadlock
terjadi.
Gambar
.13 Direct store and forward deadlock
Bentuk deadlock kedua adalah indirect store-and-forward
eadlock (Gambar 5.14). hal ini terjadi
tidak pada sebuah link tunggal seperti bentuk deadlock di atas. ^pada tiap
node, antrian yang ditujukan untuk node terdekatnya bersifat searah dan J
menjadi penuh.
Gambar
.14 Inderect stote and forward deadlock
Bentuk deadlock yang ketiga adalah reassembly deadlock.
Situasi ini digambarkan pada Gambar 5.15 dimana node C memiliki 4 paket terdiri
dari paket 1 tiga buah dan sebuah paket 3. Seluruh buffer penuh dan tidak lagi
menerima paket baru.
Gambar
.15 Reassembly deadlock
4.
Internetworking
Ketika dua atau lebih jaringan bergabung dalam sebuah
aplikasi, biasanya kita sebut ragam kerja antar sistem seperti ini sebagai
sebuah internetworking. Penggunaan istilah internet-work (atau juga sebuah
intrnet0 mengacu pada perpaduan jaringan, misalnya LAN-MAN-WAN, yang digunakan.
Masing-masing jaringan (LAN atau WAN)
yang terlibat dalam internet work disebut sebagai subnetwork atau subnet.
Piranti yang digunakan untuk menghubungkan antara dua
jaringan, meminjam istilah ISO, disebut sebagai Intermediate System (IS) atau
sebuah Internetworking Unit (IWU). Selanjutnya apabila fungsi utama dari sebuah
intermmediate system adalah melakukan routing, maka piranti yang dimaksud
disebut sebagai router, sedangkan apabila tugas piranti adalah menghubungkan
antara dua tipe jaringan disebut sebagai gateway.
Selain menggunakan gateway dan router, piranti yang juga
digunakan untuk perantara antar segmen jaringan yang berhubungan adalah
repeater dan bridge.
4.1
Repeater
Repeater pada dasarnya merupakan alat
yang sederhana yang berfungsi untuk memperbaiki dan memperkuat sinyal yang
melewatinya. Dua sub jaringan yang dihubungkan oleh perangkat ini memiliki
protokol yang sama untuk semua lapisan.
Repeater juga berfungsi untuk memperbesar batasan panjang
satu segmen. Betikut ini adalah contoh beberapa jenis sistem yang menggunakan
repeater untuk memperbaiki dan memperkuat sinyal transmisi data:
1.
Sistem
baseband bertopologi bus
media transmisi yang paling
populer pada sistem baseband bertopologi bus (Gambar 5.16) adalah kabel
koaxial, yang juga digunakan sebagai standart IEEE 802.3. batasan maksimum
jumlah repeater yang dapat digunakan untuk satu segmen adalah empat. Berikut
ini adalah tabel jenis kabel koaxial dengan spesifikasinya (Tabel 5.2).
Tabel .2 Tabel
Jenis Coaxial Dan Spesifikasinya
Sifat
|
10
Base 5
|
10
Base 2
|
Kecepatan
|
10
Mbps
|
10
Mbps
|
Panjang
segmen maksimum
|
500
m
|
200
m
|
Bentang
jaringan maksimum
|
2500
m
|
1000
m
|
Simpul
per segmen
|
100
|
30
|
Selang
antar simpul
|
2.5
m
|
0.5
m
|
Diameter
kabel
|
0.4
in
|
0.25
in
|
Pada gambar .16 menunjukkan
repeater pada topologi bus.
Gambar
.16 Repeater pada topologi bus
2.
Sistem
baseband bertopologi star
sistem yang dimaksud disini
adalah sistem yang secara fisik bertopologi star,
tetapi secara logika bertopologi bus,
seperti yang terlihat pada gambar 5.17. susunan jaringan yang tergambar
menggunakan kabel twisted pair,
dengan protokol Ethernet. Kabel jenis ini disebut 10 Base T, yang berkecepatan
10 Mbps dan memiliki panjang segmen maksimum 100 m.
Gambar .17 Repeater
pada topologi star
3. Sistem baseband bertopologi ring
pada sistem standart IEEE
802.5, repeater digunakan pada setiap simpul (node) jaringan seperti yng ditunjukkan pada Gambar 5.18.
Gambar .18 Repeater
pada topologi ring
.4.2
Bridge
Bridge adalah
jenis perangkat antara yang menghubungkan dua jaringan yang protokol lapisan
fisiknya berbeda. Hal ini berarti komunikasi terjadi pada level MAC (lapisan
data link bagian bawah) yang serupa. Sebagai contoh adalah bridge untuk menghubungkan IEEE 802.3 (Ethernet) dengan IEEE 802.4
(Token Bus). Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 5.19.
Bridge memiliki
sifat yang tidak mengubah isi maupun bentuk frame
yang diterimanya, disamping itu bridge
memiliki buffer yang cukup untuk
menghadapi ketidak sesuaian kecepatan pengiriman dan penerimaan data.
Gambar
.19 Bridge
4.2.1
Alasan Penggunaan Bridge
Beberapa alasan mengapa bridge digunakan untuk menghubungkan
beberapa LAN adalah sebagai berikut:
v Ketentuan LAN
Hal ini berkaitan erat
dengan:
·
Jumlah
maksimum stasiun
·
Panjang
maksimum stasiun
·
Bentang
jaringan (Network span)
v Kehandalan dan keamanan
lalu lintas data
Bridge dapat menyaring lalu
lintas data antar dua segmen jaringan
v Unjuk kerja
Semakin besar LAN (jumlah
stasiun maupun jarak), unjuk kerja semakin menurun.
v Keterpisahan geografis
Bila dua sistem pada tempat
yang berjauhan disambungkan, penggunaan bridge
dengan saluran komunikasi jarak jauh (misalnya radio atau gelombang mikro) jauh
lebih masuk akal dibandingkan langsung dua sistem tadi dengan kabel coaxial misalnya.
4.2.2
Penggolongan Bridge
Dari sudut kelengkapan fungsi, perangkat ini dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Bridge sederhana
Bila suatu simpul jaringan
mengirimkan data ke simpul jaringan lain, maka bridge sederhana akan menyebarkan data tersebut kesemua jaringan.
Bridge sederhana, memiliki urutan
kerja sebagai berikut:
·
Baca
semua paket data yang datang dari suatu jaringan.
·
sebarkan
ke semua simpul jaringan yang lain.
2.
Bridge
belajar
jenis ini memiliki
kemampuan memilih paket mana yang ditunjukkan pada segmen lain jaringan, dan
meneruskan paket tersebut pada jaringan yang sesuai tersebut. Hal ini
dimungkinkan karena protokol lapisan MAC memang terdapat field alamat tujuan
paket. Kini bridge sederhana juga
telah dilengkapi dengan kemampuan belajar tersebut.
Bridge belajar memiliki
urutan kerja sebagai berikut:
·
Baca
semua paket data yang datang dari suatu jaringan.
·
Pilih
dan terima semua paket data yang tidak dialamatkan untuk jaringan pertama tadi.
·
Kirimkan
(teruskan) paket data yang diterima tadi ke jaringan lain yang terhubung pada bridge.
3.
Bridge
dengan kemampuan pencarian jalan (routing)
jenis ini juga memiliki kemampuan jenis sebelumnya, ditambah dengan kemampuan
pencarian jalan.
Pada bridge
yang mempunyai fasilitas pencari jalan, terdapat beberapa strategi yang
digunakan, antara lain:
·
Fixed rounting. Pada cara ini dibuat
sebuah tabel yang berisi semua jalur yang mungkin terjadi antara suatu stasiun
pengirim dan penerima. Cara ini relatif mudah untuk sistem jaringan yang
sederhana.
·
Penggunaan
algaritma spanning tree, dengan
menganggap LAN sebagai simbol (node) graph dan bridge sebagai sis (edge)
graph. Dengan algoritma ini, dibangun
bentuk spanning tree dari suatu graph, yaitu graph yang tidak memiliki putaran (closed loop).
·
Source rounting. Pada cara ini, setiap
stasiun yang akan mengirimkan paket , harus mendefinisikan jalur
yang harus ditempuh. Dengan demikian
alamat semua stasiun tujuan harus tercatat pada stasiun sumber. Informasi
jalur ini dimasukkan ke dalam protokol lapisan MAC.
Dari sudut jangkauan, perangkat ini
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,yaitu:
1.
Bridge setempat (Local Bridge)
Jenis ini tersambung
langsung pada dua jaringan yang dihubungkan. Biasanya jenis ini digunakan untuk
menghubungkan dua jaringan yang letaknya relatif dekat. Untuk lebih jelasnya
perhatikan Gambar 5.20.
Gambar .29 Bridge
Setempat
2.
Bridge jarak jauh
Bridge
jenis ini,
terdapat pada dua segmen jaringan. Kedua bridge
jenis ini dihubungkan dengan saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian bridge jenis ini selalu bekerja
berpasangan. Pasangan bridge ini umumnya digunakan untuk menghubungkan dua
jaringan yang letak geografisnya berjauhan. Secara logika, fungsi pasangan bridge ini sama saja dengan satu bridge setempat. Untuk lebih jelasnya
Perhatikan Gambar 5.21.
Gambar 5.21
Bridge jarak jauh
4.3
Gateway
Gateway digunakan untuk
interkoneksi jaringan dimana masing-masing jaringan memiliki arsitektur yang
sangat berbeda (Gambar 5.22). jaringan yang dihubungkannya mempunyai protokol
yang berbeda mulai dari lapisan hubungan data sampai dengan lapisan aplikasi.
Gateway juga
merupakan bentuk khusus dari router
yang digunakan untuk bertukar informasi dengan router lain yang berlainan cara
mengelola informasinya maupun cara pencarian jalannya. Jadi bila satu jaringan
yang berisi sekumpulan router berjenis
sama disebut autonomus system, hendak
berhubungan dengan jaringan dengan sistem rouer lain, diperlukan satu buah gateway untuk masing-masing jaringan.
Dua buah gateway ini saling bertukar
informasi dengan protokol antar router yang berbeda sistem, yang disebut ERP (Experior
Router Protokol).
Protokol yang
dibuat untuk komunikasi gateway ini bekerja dalam bentuk permintaan dan
tanggapan yang dikirim dalam datagram IP. Contoh permintaan adalah permintaan
untuk menjadi router tetangga.
Permintaan tersebut dapat menjadi dua jenis tanggapan yaitu diterima atau
ditolak.
Gambar .22 Gateway
Tiga kegiatan gateway yang berkaitan dengan komunikasi
antar sistem adalah :
1. Neighbour
acquisition
Terjadi ketika dua router
bertetangga tetapi berbeda sistem otonomi saling menyetujui untuk saling
bertukar informasi pencarian jalan. Prosedur resmi untuk persetujuan ini
diperlukan mengingat kemungkinan tidak tersedianya salah satu router untuk
berbagi informasi. Prosedur ini dimulai dengan salah satu router mengirimkan
permintaan untuk bertetangga. Router lainnya dapat memberi tanggapan menerima
atau menolak. Untuk mengakhiri ketanggapan, salah satu router dapat mengirimkan
pesan untuk berhenti dan dijawab dengan persetujuan.
2. Neighbour
reachability
Prosedur ini dilakukan bila
hubungan ketanggapan telah ditetapkan, dan digunakan untuk memelihara hubungan.
Suatu gateway harus yakin bahwa tetangganya masih ada dan masih berstatus
tetangga. Untuk melakukan ini, kedua gateway harus saling bertukar pesan
“Hello” dan “I heard you” secara berkala.
3. Network
reachability
Prosedur ini berkaitan
dengan penukaran permintaan dan tanggapan secara berkala. Bila salah satu
gateway mengirimkan permintaan poll, yaitu meminta informasi jaringan, maka
tetangganya menanggapi dengan pesan update. Tanggapan ini berisi jaringan yang
dapat dijangkau oleh gateway pengirim poll, termasuk jarak masing – masing
jaringan tersebut. Dari informasi ini gateway peminta tadi dapat menyusun tabel
pencarian jalan.
0 Comments